Sopir Logistik Lintas Jawa-Bali- Lombok-Sumbawa Kembali Gelar Aksi Protes Mogok Jalan

GrafikaNews – Banyuwangi- Ratusan sopir pengangkut logistik dari pulau Jawa tujuan Bali, Lombok, Sumbawa kembali menggelar aksi protes mogok jalan di chek poin terminal Sritanjung, Banyuwangi, Senin (22/6/2020) sore.

Ratusan sopir ini menggelar aksi mogok jalan sebagai bentuk protes kepada pihak Dinas perhubungan Provinsi Bali yang tetap memberlakukan kebijakan agar para seluruh sopir lintas Jawa-Bali wajib melakukan rapid tes secara mandiri jika ingin masuk atau melintas ke pulau Bali.

Menurut pengakuan koordinator sopir truk Eko Didik, rapid tes secara mandiri dirasa sangat memberatkan. Karena biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan mereka sebagai sopir. Dalam sekali rapid tes para sopir mengaku harus mengeluarkan biaya sebanyak Rp 300 ribu lebih.

Para sopir meminta pemerintah Provinsi Bali untuk mempertimbangkan kebijakan yang sangat memberatkan para sopir, dan meminta rapid tes dikembalikan seperti sebelumnya, yaitu rapid tes gratis khusus bagi pengemudi logistik

“Menyikapi dari kebijakan provinsi bali, kami sebagai pengemudi merasa kebaratan. Kami ini sopir lintas, nggak sekali saja pergi ke Bali. Seminggu sampai empat kali, kalau kami disuruh rapid empat kali, berapa biaya yang harus kami tanggung? Kami sangat keberatan, apalagi sampai dua orang, sopir dan kernet. Kami minta kebijakan Pemprov Bali untuk mempertimbangkan kebijakan tersebut, dan meminta dikembalikan seperti sebelumya,” kata Eko Didik, Kordinator sopir kepada sejumlah wartawan yang mewawancarai. 

Pengakuan senada juga disampaikan oleh sopir logistik lintas Jawa hingga NTT. Menurutnya kebijakan pemerintah Provinsi Bali sangat menyengsarakan nasib para sopir. Karena mereka bukanlah pelancong ataupun pebisnis, melainkan hanya sebagai buruh. Jika dipaksakan harus rapid tes, para sopir tidak mapu. Apalagi mereka harus dibebani dengan biaya menyeberang yang sangat mahal.      


“Saya ngantri mulai pagi, itu nunggui rapid tes, uangnya aja ngak ada, buat nyeberang aja mahal. Mau rapid tes dua orang sopir dan kernet 600, belum lagi nanti kalau suratnya mati, beli lagi di Bali 600 lagi. Karena saya bongkar di Bima, kan di Bima kita lama bongkarya. Setelah itu masih nunggu cari muatan lagi. Pinginya para sopr rapi tes gratis seperti kemarin,” keluh Yudi sopir asal Kecamatan Genteng.

Para sopir angkutan logistik mengancam jika permintaannya tidak ditanggapi, mereka mengancam akan menggelar aksi protes mogok jalan dengan melibatkan sejumlah komuntas sopir yang lebih besar. Para sopir juga tidak akan mengirim barang logistik ke pulau Bali hingga tuntutan rapid tes secara mandiri dihapus oleh pemerintah Provinsi Bali.

Sementara, meski terjadi aksi protes mogok jalan oleh para sopir, jalur Banyuwangi-Situbondo tidak sampai terjadi kemacetan. Sebab ratusan truk di parkir di dalam terminal Sritanjug, dan sebagaian di parkir di pingir jalan luar terminal dengan tertib, dan rapi.

Sebelumnya aksi protes mogok jalan para sopir angkutan logistik juga sudah dilakukan. Akibat aksi protes, membuat kemacetan panjang di jalan raya.

Namun setelah dilakukan negoisasi dengan petugas Dinas Perhubungan Provinsi Bali yang ditugaskan di chek poin terminal Srintanjung , akhirnya para sopir diperbolehkan menyeberang ke pulau Bali tanpa harus membawa surat rapid tes dalam rentan waktu sehari saja.

Sementara itu di jejaring media social beredar pernyataan Gubernur Bali, Dr. Ir. I Wayan Koster,M.M. yang tetap bersikukuh memberlakukan persyaratan rapid test mandiri.

“ Setiap hari kita mengeluarkan 2 miliar untuk rapid test mandiri, satu bulan 60 miliar, habis duit kita,” tegas Koster.

Sebelumnya pemprov Bali mengaku sudah melakukan koordinasi dengan pihak asosiasi dan sopir di ketapang Banyuwangi.

“ Kalau dia ndak ngirim beras ke bali ndak papa, beras di bali banyak, lagi surplus beras kita habis panen,” ketus Koster.

Saat ini kata Koster ada beberapa pihak yang menyelenggarakan rapid test mandiri, diantaranya kimia farma dan angkatan laut. (Mars)