Sebuah Diskusi: Lompatan Kebudayaan dan Industri Kreatif NTB

GrafikaNews.com - Acara diskusi dari pelaku industri kreatif NTB di bidang fashion bertemakan “Lompatan Kebudayaan Fashion dan Industri Kreatif” yang diselenggarakan oleh Aroo Creative Space, menghadirkan pembicara utama Staf Khusus Gubernur NTB (Nusa Tenggara Barat), Astar Hadi. Hadir juga dua pembicara dari pelaku industri kreatif, yaitu pemilik distro Lucky Light Candy (LLC), Wisnu Witarsa, dan pemilik Distro Unclejin, Bayu Marhendra. Sementara Direktur Aroo Creative Space, Robbyan Abel Ramdhon, diplot selaku moderator jalannya diskusi.

Acara yang dihadiri para pelaku Industri Kreatif di NTB, seniman dan aktivis mahasiswa tersebut dilaksanakan pada rabu (13/01/2021) kemarin, di cafe Aroo Creative Space dan berlangsung dari pukul 20.00 hingga 23.00 WITA. Pada acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan Lavie Music.

Wisnu Witarsa salah satu pelaku bisnis Industri Kreatif membuka acara dengan memaparkan secara singkat kondisi industri kreatif serta strategi yang dia ambil selama bergelut dalam industri fashion NTB. Ia menyebutkan, sejak 2013 lalu ketika membuat brand Lucky Light Candy, ia merasa dukungan pemerintah dalam hal ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB masih sangat minim terhadap industri fashion pada khususnya. Di sisi lain, pelaku bisnis dibidang fashion juga masih belum kompak hingga kerap terjadi gesekan yang membuat industri fashion di NTB sering kali tidak stabil.

“Pada dasarnya kami pelakui ndustri kreatif dibidang fashion ini tidak meminta banyak, sekedar berharap pemerintah terkait agar tidak mudah mengizinkan brand-brand dari luar daerah kita untuk membuka outlet dan toko-toko di daerah kita, alangkah lebih
baik lagi jika pemerintah kita bisa memfasilitasi dalam mengadakan festival atau semacamnya yang berkaitan dengan industri fashion di NTB ini,” ungkapnya.

Menyambung apa yang disampaikan Wisnu Witarsa, Bayu Marhenda pemilik clothing Unclejin jug menyampaikan, sejujurnya industri fashion di NTB sempat jaya dengan menjamurnya brand-brand lokal namun hal tersebut tidak berlangsung lama, disamping karena kurangnya dukungan pemerintah juga masalah internal antar sesama pelaku industri kreatif itu sendiri.

"Pelaku industri fashion telah beberapa kali meminta pemerintah untuk merangkul serta memfasilitasi industri fashion ini agar mampu bersaing dengan produk dari daerah lainnya di Indonesia, kami juga telah beberapa kali mengadakan audiensi dengan birokrat terkait perihal kondisi ini namun sampai sekarang masih belum ada kejelasan ataupun langkah konkrit dari pemerintah daerah sama sekali sampai hari ini" tegasnya.


Bayu Marhendra kedepan berharap agar para pelaku industri fashion di NTB mampu bangkit lagi agar terciptanya iklim persaingan sesama pelaku industri fashion. Menurutnya, justru dengan adanya persaingan tersebut dapat memaksa para pelaku industri fashion agar lebih inovatif dan kreatif lagi dalam mengembangkan brandnya masing-masing. Ia juga berharap kepada pemerintah agar bersedia mendukung serta memfasilitasi para pelaku industri fashion yang ada di NTB.

Menanggapi usul dan kritik dari para pelaku Industri Kreatif, Astar Hadi selaku staf khusus Gubernur NTB, pertama-tama menyampaikan apresiasi dan dukungannya atas terselenggaranya kegiatan diskusi berkaitan dengan Kebudayaan serta Industri Kreatif, khususnya Industri kreatif di NTB.

“Di era revolusi industri 4.0 seperti hari ini yang menjadi motor utama penggerak dalam bidang industri kreatif ialah para pemuda yang inovatif, kreatif, serta pekerja keras seperti para pemilik-pemilik distro yang ada diforum malam hari ini" ungkap Astar Hadi

“Di samping itu juga Gubernur NTB bang Zulkiflimansyah memang memiliki visi untuk memperkuat UMKM NTB salah satunya industri kreatif kedepan, berkaitan dengan minimnya dukungan pemerintah daerah sebelumnya untuk industri kreatif ini karena sebelumnya NTB fokus untuk memperkuat sektor infrastruktur dan pangan, baru pada kepemimpinan bang Zul ini kita akan mulai mengembangkan sektor Industrinya selama industri fashion ini khususnya juga mampu mengangkat ciri khas NTB dibidang fashion tersebut," jelasnya.

Astar Hadi menambahkan, bahwa di masa pandemi, di saat pasar lesu dan geliat ekonomi masyarakat mengalami penurunan drastis, justru fenomena unik terjadi di NTB. Dengan mengutip penjelasan dari Kepala Bank Indonesia Regional NTB dalam sebuah diskusi bertema "Selayang Pandang Industrialisasi NTB: Ikhtiar Menngkatkan Share Sektor Industri terhadap PDRB" di Dinas Perindustian NTB beberapa waktu lalu, ia menjelaskan bahwa NTB merupakan salah satu daerah yang mengalami "stabilitas" perekonomian terbaik di masa pandemi di saat daerah-daerah lainnya cenderung terjun ke bawah. Salah satu indikatornya, tingkat perkreditan di bank-bank yang ada di NTB justru meningkat karna menguatnya intensi kebutuhan modal, khususnya dari para pelaku UMKM dan industri kreatif.

"Ini unik dan menunjukkan dunia UMKM dan pelaku industri kreatif kita di NTB semakin baik dan mampu bertahan di tengah krisis. Apalagi dengan keberadaan KEK Mandalika dan MotoGP, pasar industri kreatif akan makin potensial", sebutnya.

Sementara itu, menjawab sejumlah pertanyaan dari peserta, termasuk kritik atau saran dari pembicara lain terkait peran pemerintah NTB dalam hal mendorong penguatan industri kreatif, khususnya di bidang fashion, Astar Hadi akan menyampaikannya secara khusus ke Gubernur.

“Saya akan sampaikan keluh kesah para pelaku industri kreatif ini kepada Gubernur dan kita akan usahakan mengadakan audiensi secepatnya untuk memfasilitasi para pelaku Industri Kreatif fashion agar dapat bersaing dengan industri-industri fashion daerah lainnya yang ada diIndonesia,” Tutup Staf Khusus Gubernur NTB tersebut. (Red*)