Erdogan: Turki-Rusia Awasi Gencatan Senjata Azerbaijan dan Armenia

Azerbaijan-Armenia sepakat untuk gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. (Foto: AP/)

GrafikaNews.com - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki dan Rusia akan bersama-sama mengawasi kesepakatan gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia atas konflik di Nagorno-Karabakh.

Kantor pemimpin Turki mengatakan Erdon membahas pembentukan "pusat bersama" dalam percakapan melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (10/11).

"Presiden Erdogan mengatakan Turki akan terlibat dalam pengawasan dan pemantauan bersama dengan Rusia melalui sebuah pusat bersama di lokasi yang ditunjuk oleh Azerbaijan di wilayah yang diselamatkan dari pendudukan Armenia," kata kantor kepresidenan Turki.

Mengutip AFP, Turki dan Rusia pekan ini menandatangani sembilan poin kesepakatan untuk mengakhiri perang yang terjadi antara Azerbaijan dan Armenia. Namun kesepakatan tersebut tidak menyertakan pembentukan "pusat bersama".

Ketentuan kesepakatan menyatakan Rusia akan mengirim 1.960 personel militer dan 90 pengangkut personel lapis baja sebagai pasukan perdamaian untuk memantau gencatan senjata di lapangan.

"Untuk mengendalikan gencatan senjata dan penghentian aksi militer di zona konflik Nagorno-Karabakh, kontingen penjaga perdamaian Rusia sedang dikerahkan yang terdiri dari 1.960 prajurit, 90 kendaraan lapis baja, 380 unit kendaraan dan peralatan khusus," lapor kantor berita Rusia TASS, mengutip Kemenhan Rusia.


Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa mengatakan sepuluh pesawat Il-76 yang membawa pasukan pertama penjaga perdamaian beserta peralatan mereka telah lepas landas dari sebuah lapangan terbang di Ulyanovsk, Rusia

Di sisi lain, Erdogan tidak menyebutkan kemungkinan untuk mengirim pasukan militernya di Nagorno-Karabakh, daerah yang disengketakan di Azerbaijan.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan jika ia telah menandatangani kesepakatan yang disebutnya sangat menyakitkan bagi ia dan rakyatnya. Sementara Aliyev menyebutnya sebagai bentuk penyerahan diri.

Pashinyan bersama Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kesepakatan itu pada Selasa (10/11) dini hari.

Teks lengkap kesepakatan itu dirilis beberapa jam kemudian dan menunjukkan keuntungan jelas bagi Azerbaijan.

Pasukan Azerbaijan akan mempertahankan kendali atas daerah-daerah yang direbut dalam pertempuran, termasuk kota utama Shusha. Sementara Armenia menyetujui jadwal untuk mundur dari sebagian besar wilayah Karabakh.

Konflik terbaru di wilayah Karabakh diketahui meletus pertama kali pada akhir September lalu. Lebih dari 1.400 orang dipastikan tewas, termasuk puluhan warga sipil, tapi jumlah kematian sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.

Rusia memiliki pakta militer dengan Armenia, tapi juga memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan yang kaya minyak. Keduanya adalah negara bekas Soviet yang memperoleh kemerdekaan dari runtuhnya Uni Soviet pada 1991. (*)

 

(Sumber : CNNIndonesia.com)

Tags: