4 Tips Liburan Anti Bokek

Ilustrasi. (Sumber : CNNIndonesia.com)

GrafikaNews.com - Cuti bersama menjadi kesempatan emas bagi pekerja untuk melepas penat dari pekerjaan. Tak jarang, momentum itu dimanfaatkan untuk liburan, baik sendiri maupun bersama teman dan keluarga.

Di penghujung Oktober, keinginan berlibur bisa jadi tak terbendung. Terlebih, pandemi covid-19 telah 'mengurung' masyarakat selama berbulan-bulan. Kesempatan melepas stres lewat liburan pun sulit untuk dilewatkan.

Tak heran, di hari pertama libur panjang terhitung puluhan ribu mobil memadati ruas tol. Penumpang juga meningkat di terminal, stasiun hingga bandara.

Namun, liburan 'bareng' di musim puncak atau peak season akan membuat biaya menjadi lebih mahal. Harga tiket perjalanan dan akomodasi yang membengkak bisa saja membebani dompet Anda.

Jika tak menahan diri, saldo di rekening pun berpotensi jadi korban. Untuk mereka yang tak disiplin, bisa saja malah menuai sesal setelah liburan berakhir.

Untuk mencegah hal itu, tak ada salahnya memetik beberapa saran dari perencana keuangan sebelum Anda berlibur. Berikut tips dan trik agar tak bokek kala liburan:


1. Cek Kemampuan Finansial

Perencana Keuangan Andi Nugroho menyebut hal pertama yang harus dilakukan sebelum memutuskan berlibur adalah mengecek kemampuan finansial Anda. Menurut Andi, idealnya, dana berlibur sudah disisihkan setiap bulan dalam pos hiburan atau leisure.

Dia menyarankan untuk menyisihkan 10 persen dari pendapatan bulanan Anda ke pos leisure. Dengan melakukan hal itu, Anda memiliki uang yang siap dipakai tanpa mengorbankan pos rutin lainnya ketika masa liburan menghampiri.

Apabila sejak awal Anda tak menyisihkan uang untuk berlibur, Andi menyarankan untuk berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk menghabiskan uang untuk liburan.

Meski penting untuk melepas penat, Andi mengingatkan berlibur bukan termasuk dalam kebutuhan yang mendesak. Jika situasi keuangan sedang tak mendukung, sebaiknya urungkan niat untuk menguras tabungan dari pos lain.

"Jalan-jalan bukan sesuatu yang bersifat urgent (mendesak), meski penting biar tidak stress tapi kalau dananya ga ada, maka harus kompromi dengan situasi," katanya.

2. Pisahkan Anggaran dari Keperluan Rutin

Bagi mereka yang senang berlibur namun kesulitan mengerem pengeluaran, Andi menyarankan untuk memisahkan anggaran liburan dengan pengeluaran rutin, tabungan investasi, dan dana darurat.

Jika tak memiliki disiplin tinggi, Andi khawatir dana pengeluaran rutin seperti jatah cicilan rumah dan kendaraan serta kebutuhan rutin lainnya akan terpangkas tanpa disadari. Terlebih, jika tak direncanakan sama sekali dan berangkat liburan selepas gajian.

Ia mencontohkan, jika Anda memiliki pendapatan Rp5 juta, 10 persen dari pendapatan atau Rp500 ribu dapat dipisahkan sebagai dana liburan. Dengan begitu, Anda dapat menyesuaikan destinasi yang sesuai dengan anggaran tersedia.

Meski berniat berwisata ke luar daerah, destinasi liburan dapat diubah ke tempat di sekitar rumah apabila dana terbatas. Terlebih, tujuan liburan adalah melepas penat, bukan gengsi berlibur jauh untuk diunggah di sosial media.

"Kalau dananya ada ya tidak masalah, tapi kalau cuma sekedar menuruti keinginan dan ambisi mau terlihat lebih keren di feed sosmed saya sarankan jangan," ujar Andi.

3. Rencanakan dari Jauh-jauh Hari

Perencana Keuangan Safir Senduk menyarankan untuk merencanakan liburan Anda dari jauh-jauh hari. Menurut dia, liburan adalah momen yang dapat diduga dan direncanakan.

Dengan memantau tanggal merah atau libur panjang sebelumnya, eksekusi dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik. Selain itu, harga tiket dan akomodasi biasanya juga lebih murah bila dipesan dari jauh-jauh hari.

Safir juga tak menyarankan untuk melakukan liburan spontan tanpa disertai perencanaan yang matang. Pasalnya, liburan tanpa persiapan bisa membuat dompet Anda kebablasan. Apalagi, kalau dilakukan pada peak season saat segalanya jadi serba mahal.

Jika tak diikuti perencanaan, dia menyarankan untuk mengurungkan niat untuk berlibur. Ia juga 'mengharamkan' mengambil fasilitas menunggak seperti paylater demi memenuhi hasrat yang tak ada habisnya.

"Liburan adalah sesuatu yang bisa diduga kapan datangnya dan bisa dieksekusi dan direncanakan. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak merencanakan," katanya.

4. Tekan Belanja

Safir menyebut, dalam setiap liburan, ada lima kategori pengeluaran berbeda yang harus dibedakan yaitu transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, objek wisata, dan belanja.

Dari kelima pos tersebut, akomodasi seperti hotel atau penginapan dapat disisihkan lebih dulu setelah pemesanan dilakukan. Jika menggunakan moda transportasi umum, pengeluaran transportasi pun dapat dibayarkan dulu sebagai patokan Anda mengetahui berapa sisa anggaran yang tersisa.

Lalu, untuk makanan dan minuman dan objek wisata dapat disesuaikan dengan sisa anggaran. Jika masih memiliki dana yang lumayan, Anda bisa memanjakan diri dengan belanja suvenir atau oleh-oleh khas daerah yang dikunjungi.

Jika dana Anda pas-pasan, Safir menekankan untuk menekan belanja. Menurut dia, pos belanja adalah pos yang paling berpotensi menguras keuangan Anda mengingat, belanja yang tidak direm jumlahnya tak memiliki batasan.

"Ada lima pos liburan yaitu transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, objek wisata, dan belanja. Dari lima ini, yang potensi besar untuk boncos di belanja," kata Safir. (*)

 

(Sumber : CNNIndonesia.com)

Tags: